Kutipan Cerpen
Monster
Karya
kucing11
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Kau selalu saja mengeluh.
"Ada monster yang bersembunyi di kolong kasurku. Setiap malam ia selalu mencakar-cakar kayu ranjang ini dan menyeringai, menampakkan gigi taringnya yang tajam dan matanya yang menyala," ujarmu sambil menggigil ketakutan.
Aku tak percaya. Masa sih ada monster. Bukankah mereka khayalan anak-anak penakut yang ingin ditemani tidur oleh orang tuanya.
"Monster apa sih? Ini pasti karena kamu kebanyakan nonton film horror sih. Tuh kan ga ada apa-apa disana," jawabku sambil membungkuk dan memiringkan kepala, melihat-lihat apa yang ada di kolong kasurnya.
"Serius, aku tidak bohong. Aku takut. Aku tidak bisa tidur. Tolong jaga aku disini sampai aku terlelap ya. Tolong temani aku, kau bisa bercerita atau menyanyikan lagu untuk mengantar tidurku."
"Tapi kan tidak ada apa-apa disana. Itu hanya khayalanmu saja. Segeralah tidur. Kau kan sudah tidak tidur berhari-hari," jawabku lugas
"Ayolah, tolong. Jika bukan kepadamu, kepada siapa lagi aku meminta tolong?" matamu berkaca-kaca, memelas agar ku iya-kan permintaanmu.
Kau tahu kelemahanku. Aku tak bisa menjawab tidak ketika melihat tatapan itu. Aku mengambil nafas dalam-dalam, "Baiklah."
***
Aku pun menjadi pengantar tidurmu, mendongeng atau menyanyi lagu nina bobo sampai kau terlelap. Kau sudah tertidur. Lalu aku melangkah keluar meninggalkan kau yang sedang khidmat dengan mimpi-mimpi. Tak lama berselang, terdengar jeritan dari kamarmu.
"Tolooooong... Toloooong...," teriakmu histeris.
Aku bergegas menuju kamarmu, menemukanmu sedang menangis.
"Monsternya kembali lagi. Tolong jangan pergi. Diamlah disini. Mendongeng dan bernyanyilah lagu nina bobo untukku sepanjang malam. Aku takut ia kembali lagi. Aku tak bisa tidur," katamu sambil terisak. Keningmu basah oleh keringat yang berlarian jatuh.
"Tapi tidak ada monster disini. Itu hanya halusinasimu saja. Sini aku buktikan," ujarku sambil menyalakan senter ke kolong tempat tidur, "tuh tidak ada apa-apa kan?" aku mendengus kesal.
"Pokoknya aku takut. Kamu harus mendongeng dan menyanyi untukku sepanjang malam."
"Tapi aku juga perlu tidur," jawabku
"Tolonglah... Aku mohon.... Kau ingin aku tetap menjadi belahan jiwamu, bukan?" isakmu semakin keras terdengar.
Kau tahu kelemahanku. Kau tahu bahwa bagiku kau adalah semestaku.
"Baiklah," kataku sambil mengambil nafas panjang.
***
Maka selama bertahun-tahun, setiap malam aku terjaga. Bercerita dan menina-bobokanmu sepanjang malam. Menjagamu dari monster yang tak pernah sekalipun aku lihat. Aku merasa lelah, tapi tetap ku lakukan karena telah kutukar dua bola mataku dengan hatimu. Cinta buta. Hingga suatu ketika.
"Aku ingin kau pergi."
"Maksudnya?"
"Aku ingin kau pergi."
"Tapi salahku apa?"
"Monsternya sudah lama pergi. Aku tak membutuhkanmu lagi."
"Tapi aku telah menjagamu selama ini."
"Aku bosan mendengar dongeng yang sama. Aku bosan mendengar suaramu."
"Tta..Ta..Tapi ..."
"Tadi ada seseorang yang datang padaku. Lihatlah, indah bukan pemberiannya?" kau menunjukkan jarimu yang lentik. Terdapat selingkar logam berkilauan di jarimu itu.
" Kau tak pernah memberiku apapun. Akan ada seseorang yang menggantikanmu. Jauh lebih baik darimu. Sekarang pergilah!"
"Ta..Tapi .. Aku.."
"Ku bilang pergi!"
Dengan langkah gontai, aku berjalan keluar dari kamar. Terisak. Luluh lantak karena dipecundangi perempuan yang selama ini dicintai sepenuh hati. Hancur, karena semestanya lebur dan direnggut dalam sekejap. Menangis, tak tahan harus dicampakkan dengan cara yang bengis. Lalu ada sebuah mata air di pelupuk mata yang tak bisa dibendung, mengalir menganak-sungai menuju rongga jiwa, mengisi ceruk-ceruk yang berisi jelaga.
Aku merasa ada yang berubah dalam diriku. Aku bergegas berdiri di depan cermin dan ku dapati kedua mataku merah menyala. Tak lama kemudian kuku tanganku meruncing dan taring memanjang menampakkan ujungnya yang tajam. Tanpa sadar aku pun menyeringai. Segera saja aku pun menuju kamarmu untuk bersembunyi di kolong tempat tidurmu itu.
Unduh teks untuk IG story