Isi kepala ku menginginkan untuk bersikap acuh tak acuh kepada mu,
Tetapi lain hal dengan si hati kecil, ia selalu saja tak pernah ada jera nya meski terus menerus di buat luka.
Jemari pun selalu saja mengetik kata kata manis, seolah tak pernah ada janji manis.
Lagi lagi aku di tertawakan oleh bayanganku sendiri.
Kau tiba tiba hadir, dan kau pula yang meninggalkan luka.
Bedebah!
Aku yang terlalu bodoh menerima mu kembali,
atau kau yang terlalu mahir memainkan hati.