Puisi ini tercipta dari harapan yang tak terjawab dan membuat perjalanan menjadi muram Puisi ini tercipta dari alam yang bekerja dan mencipta syahdu ketika malam mulai jatuh
Waktu tak akan mengenal ampun untuk memotong nafasku Membiarkan aku membisu, karena jarak yang aku rasa sepertinya semakin menjauh Membuatku menjadi takut, akan harapan yang tak terwuju...
Suara bergema di depan gedung dewan Amarah membara di jalan-jalan Di dalam negara yang ricuh Kau dan aku bertukar peluh Mematikan lampu Menghentikan waktu
Besok aku ingin menjadi burung Terbang ke masa lalu untuk menjemput diriku
Sudah cukup aku bermimpi berlebihan Aku ingin kembali ke orang-orang yang menyayangi ku
Detak jantung sudah begitu lelah untuk berdebar-debar Batin juga lelah ditunjuk-tunjuk juga diteriaki
Terkulai ku sudah dihadapan mimpi yang entah di mana Hanya bisa pasrah dan merasakan aliran darah yang lari entah...
Di udara.... Telah mati seorang ayah, yang suaranya masih terus hi...
"Hay kau yang sedang molor, di dalam gedung yang kotor. Sudah kah kau lihat air semakin keruh? Sudah kah kau lihat udara semakin banyak jerebu?"
Pada pagi yang basah Engkau titipkan kata selamat jalan kepada gerimis yang jatuh sejak semalam