Kutipan Cerpen
Oh jadi begini
Karya
ludvillaelza
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Ok. Saya benar-benar malu karena lagi-lagi saya salah dalam melampiaskan kekecewaan saya. Saya merasa seolah saya bahagia memperhatikan seseorang dari kejauhan. Seakan saya akan baik-baik saja meski melihat kenyataan pahit pada suatu saat setelah saya merasakan bahagia yang keterlaluan akibat memikirkan dia yang ada di khayalan.
Dan malam ini. Fakta itu muncul,
Dia.
Bercerita tentang kisah pilunya karena tak bisa memperjuangkan cinta yang terhalang oleh restu orang tua.
"Ku ingin tertawa tapi takut dosa"
Diawal mungkin saya tidak merasakan sedikitpun sesak di dada. Saya pikir saya tidak akan pernah merasakannya, karena saya sudah berkomitmen untuk menjaga hati.
Tapi rupanya, hal aneh terjadi beberapa saat setelah sesi cerita selesai. Saya muram tanpa sebab. Saya sedih mendadak. Saya bahkan menulis ini dengan perasaan sesak di dada.
Hey, apa lagi-lagi saya tidak kuasa membendung perasaan?
Pada akhirnya apa?
Saya dituntut harus berdamai dengan kenyataan saya.
Kenyataan yang menyatakan bahwa, dia yang sempat saya sebut sebagai pelampiasan adalah bukan pelampiasan.
Rupanya memang bergelut dengan lawan jenis sangat menyita waktu.
Banyak waktu yang terbuang sia-sia karena baik sengaja maupun tidak saya gunakan untuk memikirkan,
Dengan bijak saya menasihati diri sendiri untuk kembali tersadar.
"Janjimu adalah senang melihat dan memperhatikan tingkah lakunya. Sadar diri. Jangan harap kamu bisa memilikinya. Dengan berharap seperti itu berarti kamu sedang berhalusinasi" Ucap saya untuk diri saya sendiri.
~
Tapi nyatanya, aku tak lagi ada alasan melampiaskan kekecewaan dengan mencari atau menemukan subjek melainkan objek.
Yaa, objek sebagai salah satu bentuk nyata yang harus saya perjuangkan untuk masa depan.
Salam damai dengan kenyataan.
Dari saya, perempuan yang tak lagi berharap pada perasaan.
Unduh teks untuk IG story