Di lorong ini, ingatanku terhenti-
obrolan-obrolan sengit yang dulu pernah menjadi satu-satunya harap, kini semua harus kembali ku susun kata demi kata hingga menjadi satu paragraf.
Kau tentu tidak betul-betul ingat tentang seluruh ingin yang sama-sama kita hiasi amin;
Perpustakan kecil, di sudut ranjang tempat kita sama-sama merebah dari segala hiruk-pikuk kota yang semakin hari semakin payah.
Sepotong pekarangan dibibir pintu, tempat dimana kita membunuh waktu dengan seduhan teh, kopi, atau sekadar meminum air hujan saat kemarau datang. Atau ini hanya mimpi-mimpi ku yang terlampau jauh, hingga pada akhirnya semuanya bertambah sulit.
Lantas menjadikan kita berhenti; menyerah.