Mereka berbaring ditelanjangi aliran air yang deras. Bajunya basah, dan akan selalu basah. Ia mungkin bisa saja masuk angin, karena selalu merasa dingin bahkan ketika cuaca sedang panas terik. Tapi batu di sungai selalu lembab, dingin, dan licin.
Batu di sungai ada yang duduk beramai-ramai. Mereka digerogoti lumut-lumut yang menyukai kelembabannya, yang pelan-pelan mengikis partikel-partikelnya yang kuat. Batu di sungai yang jernih itu rapuh pelan-pelan.
Tapi mengapa batu di sungai diam saja? Ia begitu menikmati kesakitan yang perlahan itu. Begitukah cinta batu pada sungai?