oranment
play icon
Mahkota santri dan warisan yang mulai memudar
Kutipan Cerpen Mahkota santri dan warisan yang mulai memudar
Karya mohammadizzetiroqi
Baca selengkapnya di Penakota.id
Mahkota Santri dan Warisan Yang Mulai Memudar
Pagi ini angin bergerak begitu kencang sehingga pepohonan bergoyang mengikuti irama angin tersebut dan menghembuskan dedaunan yang berada di teras pesantren. Suara gemuruh yang ditimbulkannya pun sangat mengganggu ketenangan jiwa. Hari ini adalah hari jum’at dimana seluruh santri melakukan kerja bakti. Dan pada hari ini juga adalah Hari yang paling di tunggu-tunggu oleh seluruh santri di dataran PonPes ini. Karena pada hari ini adalah hari dimana para tolabul ilmi memperistirahatkan isi batin dan dzohirnya.”semua, ayo cepat di sapu, semakin cepat kalian menyelesaikan pekerjaan kalian, semakin cepat pula untuk kalian beristirahat” ucap salah satu ustad yang sedang mengawasi mereka.Sontak para santri yang mendengar ucapan guru mereka langsung bergegas menyelesaikan pekerjaan mereka.
Namaku Jordan Baswedan, teman-temanku memanggilku Jordan. statusku adalah santri. Dan aku mondok di salah satu pesantren yang berada di daerah sentro Madura. Lebih tepatnya berada di daerah Prajjan kec Camplong Kabupaten Sampang. Dipesantren tempatku sekarang menimba ilmu merupakan salah satu jajaran Pesantren tertua di Madura. Usianya yang mencapai tiga abad lebih 15 tahun, menambah kesan tersendiri khususnya dikalangan masyarakat Madura.“membuat seseorang bahagia itu sederhana bro, jika mereka merasa aman dan senang karena berada di sampingmu, maka disaat itulah kebahagiaan mereka akan muncul” ucap salah satu teman akrabku yang bernama ejong. Perlu diketahui pertemuan kami berawal saat kami masuk untuk mendaftar diri di Pondok ini. Tak terasa sudah tiga tahun lamanya kami bersahabat, persahabatan kami seakan-akan melebihi saudara kandung.Sehingga banyak santri lainnya mengatakan bahwa kami itu saudara, mungkin karena saking akrabnya. di samping itu ejong sendiri termasuk anak yang cerdas, sehingga diriku merasa beruntung memiliki sahabat seperti dirinya. Tak jarang setiap kata-kata yang dilontarkannya kepada orang lain menjadi pendorong sekaligus motivasi bagi mereka yang mendengarnya.
Banyak keunikan dan ilmu yang kami jumpai dan teman-teman santri lainnya dipesantren. Salah satunya kami sebagai santri mempunyai cara tersendiri untuk mengetahui liburan akhir semester hampir tidaknya. Disana, di tempat kami mondok terdapat satu pohon yang begitu besar dan tua, kira-kira tingginya sama dengan gedung sekolahan lantai empat, jika dipeluk membutuhkan tiga orang dewasa, dan umurnya sepadan dengan usia Pesantren kami. Menurut orang-orang sekitar sana sih memang pohon tersebut dihuni oleh jin yang sangat besar. Dikatakan bahwa saking besarnya jin tersebut masjid di pondok kami sebagai bantalnya dan asrama kami sebagai gulingnya. Dan kebanyakan orang luar meyebutnya pohon kuburan.”lihat daunnya mulai gugur, berarti tak lama lagi liburan” ucap salah satu santri yang bernama mat haji dengan nada senang.
Begitulah cara unik kami untuk mengetahui waktu liburan hampir tidaknya. Di saat daun pohon tersebut mulai gugur, daunnya berterbangan layaknya pohon sakura di saat musim gugur. Saking indahnya pemandangan tersebut, kami menyebut pohon itu dengan sebutan sakura ala prajjan. Dan itu selalu menjadi tanda bahwa liburan hampir sampai. Namun jika pohon tersebut gugur seutuhnya, dan yang tersisa hanya ranting dan dahannya, maka disitulah jangka liburan kami berakhir.Dan momen itu selalu pas disaat kami kembali ke pesantren.
Waktu maghrib pun tiba dan pengajian tafsir yang dipimpin oleh pengasuh kami pun dimulai.Didalam hal mengaji, kami tidak hanya diajarkan problematika agama saja, melainkan kami juga diajarkan problematika sosial yang berhubungan dengan problematika masyarakat dan kepercayaan sekarang.”mahkota kalian sebagai santri adalah kopyah kalian, dan pakaian kebanggaan kalian adalah sarung dan baju koko kalian, namun perlu di ingat lagi, kopyah dan kelengkapan lainnya itu adalah budaya sekaligus warisan yang melekat di masyarakat kita. Sedangkan mahkota yang sebenarnya adalah akhlak kalian. Kopyah, sarung, dan baju koko kalian itu hanya sebagai skin kalian sebagai santri. jika kita melihat realita di kalangan masyarakat sekarang, orang yang memakai pakaian tersebut selalu identik dengan orang yang berilmu tinggi serta orang yang memiliki tata krama tinggi. Oleh karena itu mas, perbaikilah akhlak kalian. Percuma kalian pintar tapi akhlak kalian nol, rasulullah saja diutus untuk menyempurnakan akhlak bukan untuk kepintaran. Jika seperti itu bisa disimpulkan bahwa, akhlak atau kita sering menyebutnya tata krama adalah warisan rasulullah sendiri, yang kini juga menjadi salah satu warisan dan budaya dimasyarakat kita, mungkin bagi mereka yang tidak peduli dengan hal itu dianggap hal yang sepele mas. Tapi bagi mereka yang tahu, itulah adalah satu mahkota kehidupan. Paham ya mas dengan apa yang saya jelaskan.” “ engghi”.Jawab seluruh santri dengan serentak yang menandakan mereka paham dengan apa yang diterangkan oleh pengasuh mereka.
Itulah salah satu nasehat yang selalu di ingatkan pengasuh kami tentang warisan dan budaya kepada kami. Karena mengingat kemajuan teknologi yang begitu pesat, sehingga warisan yang sudah turun-temurun dan berkembang di Indonesia khussunya di daerah Madura, kini harus mulai memudar karena kemajuan zaman yang berlangsung begitu cepat, sehingga tanpa sadar hal-hal seperti itu dianggap sepele oleh mereka.
Waktu pun terus berputar searah dengan jarum jam. Aktivitas demi aktivitas telah aku lalui bersama teman-teman lainnya di pesantren. Meskipun kadang kala ada anak yang membuat onar dengan melanggar peraturan yang ada di yayasan seperti, tidak ikut sholat berjama’ah. Dan hal itu sering terjadi di setiap Pesantren. Di samping itu ada satu pelanggaran yang hukumannya sangat berat bagi mereka yang melakukan, dan itu melebihi dari seseorang yang ketahuan berpacaran yaitu pelanggaran mencuri.
Hari ini aku dan ejong tidak ikut berjama’ah dzuhur, Aku sibuk membantu ejong untuk mencari sesuatu yang di simpan di salah satu bajunya yang ada di lemari. Lantas aku yang penasaran dengan apa yang sedang di cari ejong memberanikan diri untuk bertanya “kamu cari apa sih jong dari tadi kok belum ketemu” tanyaku padanya “aku cari uangku, kemaren aku simpan di salah satu saku bajuku. Jumlahnya tiga ratus ribu dan uang itu akan aku gunakan untuk bayar kossan” jawabnya padaku sambil membongkar seisi lemarinya.
Aku yang mendengar jawaban dari ejong merasa tidak tega dengan apa yang telah dialaminya. Uang yang seharusnya dia gunakan untuk membayar kossan selama satu bulan, kini harus hilang dari tempat tersebut. Di samping itu pengurus kami sedang mencari kami karena kami yang tidak ikut berjam’ah dzuhur. Kami pun di panggil ustad kami yang bernama rudi faishal. Dan dia sedang berdiri di depan pintu kamar “ jordan, ejong come here” ucapnya dengan logat bahasa asing “yes sir, what happen?” ucap kami berdua padanya. “kenapa kalian tidak ikut jama’ah dzuhur?” tanyanya kepada kami “kami sedang mencari sesuatu ustad” “sudah-sudah ustad tidak mau mendengar penjelasan kalian. Sekarang kalian ikut ustad ke ruangan pengurus” “ baik ustad” jawab kami dengan nada memelas.
kami pun berjalan di belakang ustad rudi. Lorong demi lorong kami lewati guna mencapai tujuan kami yaitu kamar pengurus kami yang jaraknya sih tidak telalu jauh. Dan kami pun sampai di tempat tujuan kami , lalu masuklah kami dengan perasaan sangat takut. Karena pertama kalinya kami masuk ke kamar pengurus. “Jordan, ejong kalian tahu kenapa ustad bawa kalian kesini ?” tanyanya pada kami “iya ustad,” “ lantas apa kesalahan kalian?” “ kami tidak ikut jam’ah dzuhur ustad” jawab kami dengan kepala menunduk “bagus, kalian tahu hal apa yang harus ditekankan oleh seseorang pada dirinya sendiri untuk bisa menggapai kesuksesan ?” ucapnya pada kami dengan nada bertanya “harus disiplin ustad, dan tidak menunda-nunda pekerjaan” jawab kami “bagus, lantas mengapa kalian mengabaikannya?” “uangnya hilang ustad, dan uang tersebut akan ejong gunakan untuk membayar kossan selama satu bulan dan saya membantu ejong untuk mencariya ustad barangkali ketemu” jawabku dengan nada mencoba menjelaskan kepadanya “apa”.
Ustad rudi yang saat itu mendengar penjelasanku langsung kaget dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Karena bagi dirinya, terakhir kali kejadian serupa terjadi pada delapan tahun yang silam. Lalu dengan nada yang sangat lembut ustad rudi pun menanyakan asal-muasal kenapa uang tesebut bisa hilang. Ejong pun menjelaskannya secara perinci, bermula dari awal meletakannya hingga bagaimana uang tersebut bisa hilang. Setelah dirasa cukup kami pun disuruh kembali ke kamar kami “ sudah, biar ustad yang ngurus ini yaa, kamu tidak usah khawatir. Sekarang kalian kembali okay” “baik ustad” jawab kami padanya. Dan kami pun keluar dan berniat menuju kamar kami.
Namun di saat kami baru saja berjalan beberapa langkah. Terdengar suara yang tidak asing lagi bagi kami yang sedang mencoba memanggil seluruh santri untuk berkumpul “arju ila jemi’it thullab an najtami’a fi hedel masjid hallan” ucap ustad rudi dengan nada memakai bahasa arab. Lantas kami yang mendengar panggilan tersebut langsung bergegeas menuju. Sesampainya disana kami melihat ustad rudi berdiri di depan santril sembari memegang sebuah mushaf al-qur’an. Dan tanpa fikir panjang ustad rudi pun mengumumkan kepada seluruh santri perihal tentang seseorang yang kehilangan uang. Dan memberi waktu kepada seluruh santri sampai sehabis maghrib untuk mengembalikan uang tersebut jika tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Setelah dirasa cukup dengan apa yang disampaikannya, ustad rudipun pun menyuruh kami bubar. Dan kami pun kembali ke asrama kami masing-masing.
Waktu maghrib pun tiba, disana dikamar pengurus sendiri terdapat seseorang yang kelihatannya sedang menunggu kedatangan seorang santri. Dan orang tersebut yang tak lain adalah ustad rudi. tak lama kemudian datanglah seorang santri yang berinisial N dengan wajah merasa bersalah. “asslamu’alaikum ustad” “wa’alaikum salam, masuk mas” jawab ustad sambil menyuruh anak tersebut masuk. Dan masuklah anak itu dengan membawa sejumlah uang yang tak lain adalah uang milik ejong dan“maafkan saya ustad, saya mohon ustad jangan kasih tahu ke Jordan dan ejong ustad kalau saya yang mengambil ustad. Saya takut orang tua saya terkena serangan jantung ustad jika mendengar itu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi ustad dan saya juga berjanji saya akan berubah” ucapnya sambil menangis.
Lantas ustad rudi yang merasa tidak tega langsung memaafkannya, dan berjanji tidak akan memberi tahu ke orang lain. Lalu ustad rudi pun menjelaskan kepadanya, bahwa “santri itu adalah penerus para ulama’, sedangkan para ulama’ sendiri adalah pewaris rasulullah. Dan seorang santri itu selalu identik dengan etikanya. Dan dalam budaya Indonesia khususnya di daerah Madura sendiri etika itu adalah sebuah warisan yang terus di jaga” ucap ustad sembari menjelaskan. Lantas anak itu pun merasa paham dengan apa yang dijelaskan gurunya kepada dirinya, dan merasa malu dengan perbuatan yang di lakukan olehnya. Tak lama kemudian anak itu pun keluar dari kamar pengurus tersebut dengan wajah menunduk karena malu.
Beberapa saat kemudian dipanggillah aku dan ejong oleh ustad rudi. “Jordan, ejong sini nak” ‘ucap ustad rudi “labbaik ya ustad” jawab kami kompak. “ejong, uang kamu jumlahnya tiga ratus ribu kan” ucap ustad tersebut sambil menyerahkan uangnya kepada ejong “ iya ustad terima kasih banyak ustad, tapi sebelum itu siapa pelakunya ustad?” tanya ejong dengan nada penasaran “sudah-sudah itu bukanlah hal yang penting. Intinya anak tersebut sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi” jawab ustad rudi dengan nada meyakinkan kami “iya ustad, sekali lagi terima kasih banyak ustad. Dan kami mohon undur diri ustad soalnya mau ke BAK mau bayar ini dulu ustad” “oh ya silahkan-silahkan”.Kami pun keluar dengan perasaan yang sangat senang. Meskipun ustad rudi tidak memberi tahu kami perihal anak tersebut, mendengar dia tidak akan mengulanginya lagi sudah cukup untuk kami memaafkan dirinya.
Hari demi hari telah berlalu, ustad rudi memberi tahu kami bahwa anak yang sebelumnya mengambil uang milik ejong berubah menjadi anak yang baik.dan Hal ini sesuai dengan apa yang di katakan pengasuh kami yang berbunyi “balaslah kejahatan itu dengan kebaikan, jika kalian ingin melihat sebuah perubahan” begitulah nasehat guru kami yang pada akhirnya menjadi memberikan sebuah bukti. Dan ada satu nasehat yang tidak hanya di sampaikan oleh guru kami melainkan juga oleh para orang tua kami yang berbunyi “sapah se ngicok jerum eponduk, makah mon keluar bekal ngicok ah jeren” yang artinya barang siapa yang mencuri jarum di pondok maka ketika dia keluar maka akan mencuri kuda. Demikinlah salah satu nasehat tentang besarnya balasan dari mencuri. Dan nasehat-nasehat lainnya yang telah di ajarkan beliau-beliau pun terus kami ingat hingga sekarang, dengan harapan kami bisa menjadi santri yang sesusai dengan apa yang bangsa harapkan terhadap kami.
Pesan yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah “nilailah seseorang itu bukan dari seberapa bagus baju yang dia pakai, tapi nilailah seseorang itu dari apa yang dia lakukan. Serta perbaikilah akhlak kita, karena akhlak sendiri adalah salah satu warisan dan juga budaya yang merupakan warisan dari rasulullah kepada seluruh bangsa, melalui ajaran-ajaran ulama yang dikembangkan dalam pesantren, yang mana kita mengetahui pesantren sendiri adalah salah satu pelopor perjuangan kemerdekaan serta salah satu warisan bangsa INDONESIA.”
calendar
26 Dec 2018 17:05
view
87
wisataliterasi
Banyuates, Kabupaten Sampang, Jawa Timur
idle liked
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig