31/

Ketika angka tiga terhapus dan hanya tersisa satu, aku ingin kau tetap tinggal di menara hatiku. Di sana hanya tinggal kekosongan dan keterasingan; tempat di mana kau pasti merasa aman. Sebab orang-orang lebih suka berbondong-bondong mencari keramaian, mengumpulkan materi, menumpuk kekayaan dan mengabaikan persoalan nurani: hati—atau sesuatu yang sejati.

12/

Ketika angka dua terbelah dan hanya tinggal satu, jangan jadikan aku satu-satunya tempat yang kau tuju. Jika Tuhan memperbolehkan kita bersama sebagaimana Adam dan Hawa, aku ingin kita bersusah payah membangunnya. Sebab kesusahanlah yang mengajarkan kita bahagia. Dan yang perlu kau ingat, keberadaan kita tetap dua tubuh yang utuh. Kita tidak akan mengingkari kuasa atas ke-Esa-an-Nya; menjadi satu dan satu-satunya.

2019/

Ketika sembilan belas berangsur dua puluh, jangan pernah katakan bahwa yang terjadi adalah sebuah 'pergantian'. Kita tidak akan mampu berganti, terganti, bahkan saling menggantikan. Keberadaan kita hanya untuk satu tujuan dan kita akan melangkah bersama-sama dengan raga lemah yang Tuhan titipkan. Bukankah dengan bersama-sama, kekuatan cinta kitalah yang akan bertambah? Jika iya, jangan tambah kecintaanmu padaku begitu juga denganku. Sebab Tuhan akan cemburu. Tetaplah mencintaiku sebanyak masa usiamu.

1/1/20

Ketika kita tidak ditakdirkan bersama, tak ada yang sia-sia dalam petualangan kita. Tuhan akan mempertimbangkan segalanya. Kita bisa menjelma apa saja selagi keberadaan-Nya masih memiliki peran sebagai Maha Pengasih dan Penyayang. Meski akhirnya keniscayaan harus lebur dalam doa-doa. Tuhan tidak pernah sia-sia menciptakan tawa dan air mata. Kita bisa memfungsikan keduanya di waktu yang sama. Ya, kita tahu akan berbuat apa. Tapi Tuhan Maha Tahu; dan kita tahu itu.

31 Desember 2019.