Jogja sedang hangat-hangatnya malam ini. Musim hanya musim yang berjarak dengan angka di kalender kepunyaan kita. Sampai kau menciptakan musim yang lain—lengkap dengan aroma petrikor favoritku—bau...
Sedangkan di dalam tanah Sesosok pria telah meninggal Dan cacing telah memakannya
mengapa puisiku selalu didahului tanya yang seperti sepasang jendela di sebuah kamar kosong atau pintu yang kehilangan kunci sebab tak berpenghuni kuning cahaya lampu sepe...
Januari menjemput penghujungnya dan menyambut Februari tiba lagi. Apa kabar kamu—yang sedang lelah sebab berbagai macam urusan, sibuk mengatur jadwal pergi tanpa meninggalkan beban, capek men...
31/ Ketika angka tiga terhapus dan hanya tersisa satu, aku ingin kau tetap tinggal di menara hatiku. Di sana hanya tinggal kekosongan dan keterasingan; tempat di mana kau pasti merasa aman. S...
Segala bunyi adalah puisi, katamu. Bunyi ketika kau menangis atau tertawa adalah juga puisi—yang kadang aku menyebutnya naratif jenaka. Kadang membuat kita tertawa tentang mengapa semua...
Malam ini Aku menarik selimut: jaket biru milikku Raga menghadap utara sambil berjaga Tuan-tuan asyik meneguk kopi Menggulung tembakau—mengisapnya hingga pagi ...
Sebelum memutuskan ke jalan dan melambaikan tangan kepada kondektur bus, perempuan itu melangkah seperti awan—mengabarkan mendung, tapi tak kunjung hujan. Ia hanya ingin mengenakan baju tebal berla...
—kamuskecilku Barangkali Sabtu, seorang ibu melahirkan seorang anak yang menyerupai namanya: Chusnah, berarti baik dan menyenangkan. Harapan itu meregenerasi dalam...
Judul : Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu Penulis : Alfin Rizal Terbit : November 2018 Penerbit : Rotasi Book...