Sejauh apapun pergi, pulang adalah hal yang paling dirindukan setiap perantau. Seberapapun megah dunia luar sana, kesederhanaan desa tidak mampu menggantikan uluran cinta. Ibarat seorang ibu, ia menyediakan belaian hangat untuk siapapun yang kembali padanya.

Bertahun - tahun Mila pergi jauh dari kampung tanahnya, pergi mengudara untuk mendarat di negeri seribu gedung. Pencakar langit, lantai keramik, bising kendaraan, hiruk pikuk suara orang dan kesibukan manusia di dalamnya yang pada awalnya membuat dia terperangah dan terkagum. Ia merasa bisa dengan mudah menjelma manusia semacam itu, namun setelah ia mencoba, ia hanya menemukan dirinya hampa dan kekurangan waktu. Pulang....... menjadi impian nomor satu

Tidak ada yang dapat menggantikan sapaan jernih air sungai di kaki, tidak juga belaian angin bersih meniup rambutnya sembari berbisik mengajaknya berlari, atau pandangan hijau persawahan yang membentang di sana sini, atau aktivitas kecil ia bersama kawan yang membuatnya tertawa tak henti dan sejumlah kehidupan lainnya di kampung sana yang tidak bisa tergantikan oleh miniatur sekalipun.

Kakinya yang selama ini ia langkahkan ke gedung - gedung pencakar langit, sekarang melangkah ke bis reot yang akan membawanya pulang ke kampung halaman. Kedamaian alam menjadi harta paling mahal, dimana gedung bisa dibangun dengan uang namun alam tidak mampu dibangun oleh apapun, kecuali Tuhan berbaik hati mengembalikan keadaan ke semula lagi, itupun jika kau tidak malu pada-Nya.

Segeralah pulang, bagimu yang terlalu asik berkelana. Jangan sampai keinginan itu muncul setelah kampungmu berubah menjadi miniatur semata. Jumpai kampungmu seperti menjumpai kekasih paling dirindukan, menikmati keperawanan alam dengan hati - hati dan berjumpa dengan teman yang dulu kecil main di persawahan.

Pulang lah...