

Dua malam lalu,
aku menatap wajahmu,
dan waktu pun tunduk sejenak,
membiarkan detik-detik bersujud pada hadir yang tak lama.
Terima kasih,
bukan karena kau tinggal,
melainkan karena kau pernah menetap
di sisi hatiku yang paling tak bersuara.
Ini kali pertama aku mencintai
tanpa menggenggam,
tanpa menakar pulang,
tanpa menuntut jawaban.
Cinta ini hanya duduk di altar sunyi,
menyambutmu dengan bunga yang tidak layu,
meski musim telah berganti di luar jendela.
Aku tidak memanggilmu,
sebagaimana laut tidak memanggil hujan,
namun tetap membuka lengan luas
saat tetes-tetesnya jatuh tanpa alasan.
Dan jika engkau berjalan terlalu jauh,
hingga arah pun kehilangan makna,
ingatlah aku:
rumah yang dibangun dari keheningan,
pintu yang tak pernah bertanya dari mana engkau datang,
dan cahaya kecil
yang tak padam oleh waktu maupun penantian.
Aku ada di sini,
bukan sebagai tujuan,
melainkan sebagai tempat engkau bisa diam,
tanpa perlu menjelaskan
segala luka yang kau bawa pulang.

