

Aku berdiri di ambang karam,
di mana laut menyimpan rahasia keraguan yang baru saja tumbuh.
Ia menoleh dengan mata yang gentar, seakan takut pada bayangan hatinya sendiri.
Maka kuletakkan suaraku padanya:
“Jangan goyah, sebab cinta yang sejati adalah layar
yang tetap terbentang meski angin ragu datang menghempas.”
Aku menampung kegelisahannya seperti telaga menampung hujan,
dan kutawarkan dadaku sebagai pelabuhan yang tak akan menutup pintu.
Biarlah ia ragu pada dunia,
tetapi jangan pernah ragu bahwa aku ada di sisinya.
Jika laut menyesatkannya,
ingatlah—ada satu bintang yang tetap menyala,
dan itu adalah cintaku yang tak tunduk pada badai.

