

Rinduku sering menjelma bayangan,
seperti awan yang menutup matahari,
bukan untuk memadamkan sinarnya,
melainkan agar aku mengingat
betapa berharganya terang itu.
Kadang ia berwajah cemas,
seperti seorang pengembara
yang takut kehilangan jalan pulang.
Namun cinta—ah, cinta sejati bukanlah kurungan,
ia adalah samudra luas
yang tak bisa dipagari.
Maka, meski khawatir kerap mengetuk dadaku,
aku biarkan engkau bebas,
seperti burung yang setia pada langitnya.
Dan jika engkau harus terbang jauh,
ingatlah: rumahmu tetap di sini,
di dadaku yang menunggu tanpa menuntut.
Aku mencintaimu bukan untuk menggenggam,
melainkan untuk menjaga nyala itu tetap ada—
meski kadang api terasa jauh,
aku tahu panasnya tetap menyelamatkan malamku.

