Ingin ku basuh air mata yang lancang luruh lewat pelupuk. Yang tetesannya merembesi pipi yang kerontang.
Ingin ku anulir karena datang tanpa permisi, memaksa ingatan kala mata bersirobok ditepian horizon.
Senja kala menyingsing,
Desir menyusup lewat sela hati kita yang berusaha melupa,
Desau mahoni mengiringi,
Kita yang memilih menepi,
Desih yang terasa memekakkan pendengaran.
Desing menjadi pertanda, bahwa untuk kesekian kalinya,
kita telah kembali menjadi asing.
Rentetan kisah berpendar didalam ingatan,
Menampilkan irasmu yang menyibak paksa malam,
Dengan sisa kesadaran diujung malam, tak hentinya aku bergumam;
Seperti halnya satar, ijinkan kita kembali sejajar.