Dua anak kecil itu menangisi jazad ibunya. Mereka tidak tahu bagaimana cara merayakan kepergian selain dengan menangis. Bagi perempuan itu, kepergian adalah arak-arakan, penuh musik-musik, jamuan, dan pesta meriah.
Anak-anak itu menangis hingga lelap, isaknya menjadi nina bobo. Mereka bermimpi jika suatu hari akan tumbuh besar dan pulang satu tahun sekali dengan jamuan masakan rumah, sambil sedikit bercerita di teras.
"Aku cuma dapat jatah libur seminggu."
"Bos ku di kantor menyebalkan."
Seraya tertawa, pada waktu, pada kesibukan, pada hidup.
Perempuan itu kemudian membangunkan dua anak kecil yang pulas di samping jazad ibunya. Mereka terbangun, menangis, menjerit. Perempuan itu kebingungan, ada satu yang ia lupa bangunkan. Dirinya sendiri.