Terik selalu berbisik.
Jadilah para bernyawa kian gemar meracau.
Menggerutu pilu bak lagu parau.
Tapi pemuja bintang sedang girang,
bertahan enggan pinta bagian kesesatan
sebab penat harus terguncang hantaman badai kencang,
sebenar-benarnya kencang.
Matahari selami gempita asa.
Kilau berderau, menyapa harapan
walau aku tetap bertekuk lutut di hadapan
kelam malam; dalam pelukan mesra purnama.
Dalam belitan waktu,
meskipun kedua cahaya tiada henti berseru;
mendendangkan melodi-melodi biru
biarkan peluh terus berperang,
berjuang taklukan suka-duka
demi berjalan; berlari; merangkak di jalan yang satu.
Karena aku tiada mau pernah berhenti,
sampai nanti tertuang air mata dalam sujud.