Tak banyak yang bisa ku ceritakan tentang senja berwarna jingga. Aku hanya menyimpan kenangan saat matahari terusir karena air hujan.
Hujan, tetes-tetesmu kala ini menjadi berkah perjalanan. Berbeda dengan saat rangkaian ingatan itu kembali terulang, kau seperti tangisku yang tak pernah tersuarakan.
Warung nasi pinggir jalanpun menjadi sasaran tuk berteduh. Setelah setengah hari matahari menyinari tanpa ampun, kini hujan kembali dengan membawa berbagai genangan dan kenangan.
Seseorang bernasib sama sepertiku. Kehujanan dan memilih berteduh di warung ini. Dia berambut gondrong se-bahu, memakai topi, dan bermasker. Jaket yang ia kenakan mengingatkanku pada seseorang. Ia berjalan menuju padaku. Duduk tepat di depanku hingga keterasingan melahap seruruh kata.
Sembari melepas topi ia terus menatap ke arahku. Dan saat ini giliran maskernya yang akan ia lepaskan "Kau mirip orang yang pernah menjadi bagian hidupku"
Bagaimana mungkin dia bisa mengenalku. Saat ini aku pun masih mengenakan masker lengkap dengan helm. "Kau juga mirip dengan seseorang" jawabku dengan senyum ringan.
Setiap tetes yang turun ke bumi tanpa penolakan seperti penyerahanku pada takdir yang tak pernah kuiyakan. Hujan kali ini tak hanya genangan, kenangan-pun ikut serta.