Sudah yang keberapa ? tak perlu dijelaskan lagi, mood swing, perkataan yang tidak seharusnya kukatakan dan beberapa hal yang sebaiknya tidak kupikirkan, belum pernah hilang di ingatan. Dan sebelumnya aku tidak peduli persoalan ini, namun kali ini keras kepalaku runtuh di hadapan seorang lelaki yang setahun pun belum cukup untuk dikatakan kenal. Mengapa ? entah.
Sudah habiskah masa apa apa yang serba sendiri ini? Lantas tuhan memberi satu orang yang dikatakan mematahkan kemandirianku sebagai seorang Perempuan lalu setengah sadar telah sepenuhnya bergantung ?
Bisakah mengembalikanku di masa masa membeli es krim sendiri ? jalan sendiri, healing sendiri, duduk sendiri, makan sendiri, yang apa apa serba sendiri. Lantas jika aku marah lalu menghilang dan merasa kuat untuk tidak mengabari, lalu seseorang yang kuanggap rumah itu pun tidak memberiku ruang lagi, dan aku merasa harus berpulang ke dirinya. Apakah dia menerimaku utuh tanpa prasangka apakah aku sedang bermain main dengannya ? apakah dia tidak akan berpikir “ah Perempuan satu ini mengabariku hanya jika butuh”.
Dengan keras kepalaku yang seringkali sulit untuk kuhilangkan, perasaanku yang tidak menentu, egoku yang naik turun, prasangka-prasangka yang kadang menghantui. Apakah karena aku kurang yakin untuk meyakini bahwa laki laki ini betul betul setia ? sudahkah memasuki era pasrah dengan mengatakan harga diri sudah jatuh ke laki-laki ini lalu memilih untuk berpikir “ah sudahlah” ya Namanya juga masih dekat, belum halal untuk diributkan.
Boleh kah setulus ini lalu sesia-sia ini ?