Dibawah lampu jalanan, dalam sebuah keramaian yang tenang
Terpampang jalan lebar nan panjang
Segalanya berjalan, kecuali seseorang
Anak asing yang tengah kebingungan di tengah Kota
Dalam kerumunan, raut wajahnya terlihat jelas
Sedikit lesu, tegang, kebingungan bak cacing kepanasan
Kakinya tertatih seperti hendak mengejar seseorang yang hendak ia temukan
Sejenak, tangannya mengusap sesuatu yang keluar perlahan dari matanya
Ia menangis, bukan dengan tersedu-sedu
Dalam hatinya ia sakit, lupa akan siapa dan dimana dirinya bertempat
Dibawah atap gedung tinggi, kini ia menunduk memeluk lutut
Kini ia melemah, terguyur hujan dalam sebuah pecarian
Kalut bertaut kabut yang menentang
Anak itu kini berdiri sambil mengusap wajah yang sempat bungkam
Ia terlihat mulai mencari tempat berteduh
Memecah jalanan ramah dalam asingnya sebuah kota
Kini ia sedang menunggu pelangi datang
Sebagai petunjuk yang akan membawanya pulang
Kini ia berlari, dalam derasnya hujan malam hari
Anak asing yang perlahan berjalan kemudian berlari
Anak asing itu adalah aku