MelecunĀ
Perlahan penat iniĀ
melahirkan percakapan sia-sia
terang menuntun gelap yang rimbun
rembunai langit menguakkan mimpi
yang congkak pada nista
Jemala takdir terketuk sembunyi
kerap merampung lunglai terpelik sedikit samar
mengumpat dan terus terperangah
rinai sebuah tangis berjanji dalam doa
Perapalan kita yang sederhana
penaka suara takdir yang senyap
pentar menampar dan menanar
dengan bengis dirasuk dan ditusuk utusan
Laparnya jiwa dan kosong mata tertegun
terkutuk dalam pelarian dan umpatan
halnya setiap senyum menyalin hari-hari
menebus tiap sepi yang lengang
Tiada aku berdiri tanpa bayangan!
hanya haribaanku menyereMu penuh dendam
pada diri yang tak pernah kusyukuri
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah