Sisimu
Rentang lengang segala yang rampung itu
tiap ruang yang rangup merumpang membenam
pada terkamu--megutara segala jawab
Aku membisu diam melecun menjadi redup
pada simpuh sekat di bentang nadir
aku kalap sama perih dihabisi waktu
Hanya bayangmu yang kelana meriuh
pelan merasuk sesak tersuntuk
perih diberi hidup doa-doa yang kalut
Aku memintamu menyemai tiap rintik hujan
memetik sepotong dua potong senja di balik hari
ini senjamu yang kauludahi sendiri
Dan jejak-jejak yang hilang dalam garis senyummu
adalah tepian-tepian pantai yang tak kutemui adanya
ada banyak prahara di balik sepi
Namun kita selalu naif
dan tak mengenali nubuat apapun
kecuali pergi dan mengakhiri
Dan pada dasar kata yang terakhir
ada tiap puisi yang mati di wajahmu
ia adalah guguran rinduku
Jakarta Di Ujung Pena
ā Rizky Adriansyah