Pada Sesap Senyap Jakarta
Pada sayap jakarta
lentik alis gadis-gadis ditopang debu lalu-lalang
mencari lelap yang lapar
pada tiap hampar rumah-rumah kecil di sebuah gang
Keluh kesah seorang pejalan kaki
mengepul satu, dua batang rokok
tanpa sisa uang sepeserpun di kantung celananya
Hanya ada kantung mata yang bengkak
di tiap malam
menyeduh tangisan di bawah teduhnya
gedung-gedung tinggi
Tiada waktu yang bergegas pergi
tiap-tiap orang berdasi pulang, membawa cemas dan kerisauan,
Di samping geladak jalan, terlihat anak-anak kecil tengah riang, nan gembira
mengamen di tiap lampu merah yang menyala itu
dan nyala mata mereka seperti api-api yang dikobarkan
Seperti kerinduan sepasang kekasih
yang salah satunya, berada di luar Jakarta
meminta suatu pertemuan,
ketika sekat hati dan harganya melambung
bagai harga sembako di pasar
Sepasang kekasih itu, menggambarkan
suatu kelas kehidupan
Lalu, anak-anak pengamen,
kemudian tertawa lebih lepas,
menyanyikan kebebasan
atas dasar hak-hak bahasa di mulutnya
yang ia boleh teriakkan
Kepada mereka-mereka
yang menyadari sebuah ketimpangan
Sayap Jakarta mulai turun dan merenung
lampu-lampu kota tetap terang
tapi, ada yang selalu meredup di jantung kota Jakarta
Tentang mimpi-mimpi
juga segala diam yang meriuh
lelap--pengap, jendera
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah