Aku bertanya
"apa kamu tidak pernah menanyakan kabar lelaki itu?"
Sebari tersenyum dengan tangan menunjuk ke arah dinding atas yang terdapat sebuah foto kusam, namun terhias begitu rapi. Seakan begitu bernilai nya ketika siapapun yang melihatnya.
"sepertinya aku harus menurunkan foto itu"
Jawabnya sembari meyakinkan dirinya sendiri, sambil mengerutkan dahi, sehingga dua alis matanya meliuk - liuk seakan ada kebingungan dalam tanya yang belaga di ungkap lewat bahasa ekspresi wajahnya.
Aku memang mengenalnya sebagai seseorang yang tidak begitu banyak bicara. Dari ekspresi hingga gerak tubuhnya, mungkin aku telah sampai pada semester akhir jika ada pembelajaran untuk mengartikan isi kepalanya nya.
Hari itu, matahari sudah hampir sampai di ufuk barat dengan sejuta warna keindahannya yang menyinari sedikit demi sedikit awan yang setiap detiknya semakin memerah, hingga tenggelamnya pun semakin indah menawan.
Dan sebelum pembahasan itu sampai melukai hatinya, dan senja pun semakin mengarah pada gelap yang pekat, aku memilih mengakhiri itu dengan hati-hati.
"sudah hampir gelap, kayaknya kita harus segera mengambil whudu."