Semua warna perunggu yang menggantungi Liberty.
Semua sejarah yang tumpang tindih.
Bahkan semua suara yang pernah kaudengar dalam seperdua malam.
Adalah bohong saat ibu bilang kiamat datang akhir pekan.
Adalah bohong saat ayah bilang bintang-bintang itu kelap-kelip.
Adalah bohong saat matamu bertemu dengan mataku di ketiak gedung-gedung.
Kita pernah sekali bertemu sebelum ini.
Sebelum semua hal menjadi rancu dan lucu.
Saat matahari masih bola acak yang kepanasan, dan bulan masih jadi batu congkak yang misterius.
Dulu kita takut tenggelam saat banjir.
Dulu kita hampir mati saat tersedak.
Lalu kita percaya, percaya, dan mengimani apa yang kita amini.
Aku, dan segala subjektivitas yang transaksional.
Yang serba impulsif dan terlupakan.
Besok mungkin kita tiba di titik terakhir.
Ternyata alinea baru, baris baru.
Ternyata kebohongan baru, ganjaran baru.
Ternyata matahari tidak pernah terbit barang sekali.