Dalam usiaku yang relevan dengan maut
dan medan gaya di sentra lajur
Aku si egois yang putus asa
Paranoia
Binatang jalang
Mataku jatuh hati
pada roda-roda yang berputar saling silang
Mencibir rerumputan yang diam di tempat
sementara mereka berkejaran tak saling temu
Mataku juga jatuh hati
pada silau lampu pagi-pagi
yang lebih terang dari kuning di sayapku
yang lebih terang dari lampu kompleks yang kesiangan
Lalu pada ketukan genap yang berkali-kali lipat
Memekakkan telinga, menderu bising
Melemah kempis, dibuang, ditinggalkan
Akulah bintang di kepalaku sendiri
Nyatanya, aku binatang
Tidak lebih, tak kurang
Dalam sekali—dua kali liukan,
sayapku patah,
sayapku patah,