Setelah badai meninggalkan kota ini
Sore ini dan petang selanjutnya
Pandanganku ke segala lini
Menciptakan tanya besar yang menganga
Apakah hidupku diampuni,
hanya untuk bertemu badai selanjutnya,
yang bahkan bukan hasil kepakan sayapku?
Apakah nasibku dibiarkan,
hanya demi kepuasan batin surgawi,
yang denganku tampak tak saling silang,
lagi?
Pada rentetan koma dan tanda-tanda kiamat
Sejelas jelaga dan teramat
pedih di permukaan mata
matamu bahkan tak pun berbinar jua
Lalu
Layu
Untuk apa?
Apa untuk,
aku?
dan aku bukan kota satu-satunya?