Tuan, aspal-aspal yang kadang panas kadang dingin itu;
bersama asap kendaraan, angin yang berdesir,
jejak-jejak roda, mereka bersaksi atas rasa sepi.
pada tulang rusuk yang sesekali terisak
pada lengan-lengan yang lengang
pada kata butuh yang menjadikannya betah
Mereka bersaksi atas rasa siap yang terdengar sayup
pada janji yang entah kapan pastinya dituju
pada ingin yang bukan hanya satu.
malam ini,
biar sekali lagi kukirim doaku untuk hangatkanmu
meski dayungmu tak hanya satu
meski karang yang kau seberangi bukan hanya untuk aku.
sudah kepalang rindu, aku cuma bisa menunggu.
—sanju