aku menghentikan jilatanku pada salah satu bait yang kau rakit,
“manis” seruku.
terasa jelas di ujung lidah.
semakin aku mengulumnya, semakin meriak rasanya.
mungkin siang tadi, kau menenggak tembakau stroberi.
atau,
merapal puisi-puisi Sapardi.
ntah.
namun,
syair yang sedang bersarang di tengkukmu,
terpatri pada langit-langit mulutku.