kepada tuan yang mengusik renung ku,
kau tahu?
dahulu saat pertama kali kau datang,
ku harap kau akan kembali ke tempat garis edar meteoroid,
mungkin karena atma ku terlalu lelah untuk menuai segenggam rasa.
pada detik ini tertawalah,
karena aku berhasil terjebak,
bahkan obrolan dari mu lebih candu di banding kan sajak fiersia besari yang selalu ku baca beribu kali.
haha, coba kau tanya kan saja pada konstelasi, seberapa jatuh nya aku pada jebakan rotasi yang kau ciptakan.
baiklah, tak usah basa-basi.
maka lihatlah hasil letih dari seorang sastrawan ini,tak perlu khawatir aku tak menyuruh mu untuk menyukai lukisan yang ku petik di antara ufuk.
hanya saja,
ku harap kau tahu bagaimana sulit nya tantanan warna ini ku buat, larutan akrilik ini ku tuang, dan goresan kuas ini ku seimbangkan.
begitu juga,
ku harap kau tahu bagaimana kerasnya jiwa ku mengusir asa buruk tentang mu,
bahkan setiap detik bibir ini ingin selalu mengajukan pertanyaan tentang tembok apatis mu itu.
kau mana tahu tentang aku yang selalu terjatuh saat memanjat nya,terluka.
lutut ku berdarah untuk mencari celah.
perangai mu seolah stigma bagi ku.
tak perlu kasihani,
seluas apapun cidera yang tertoreh.
atma ku tak terlalu picik dalam meracik obat nya.
akui lah, terlalu otonom bukan?
ku cukup kan, ku tak mau kau tahu lebih.
maaf jika abjad ku mengusik mu karena terlalu dramatis.