Kawan Kita
Cerpen
Kutipan Cerpen Kawan Kita
Karya shintatiara
Baca selengkapnya di Penakota.id
Mana pernah aku menduga bis kecil ini sanggup melaju cepat. Melihat penampakannya pertama kali saja aku ragu. Bagaimana tidak? besi berkarat mudah ku temui di beberapa bagian, jok tempat duduknya sudah kusam, asap knalpotnya pun mengebul seakan mengeluh kelelahan.
~
Tapi rupa-rupanya bis kecil ini tidak mau kalah dengan si Rukun Sayur. Masa kamu tidak ingat? Itu lho, bis yang selalu di sewa kampus kita. Sering tersendat-sendat kalau melaju, tapi bisa mengantarkan kita pergi jauh mulai dari kunjungan produksi ke Karanganyar, tanam pohon di Wonogiri sampai makrab di Kaliurang.
~
Bis yang membuat kita memiliki topik untuk dibicarakan...
~
"Kalau aku pulang kampung ke Jawa Timur, kamu harus ikut."
~
"Kenapa?" tanyaku sambil mengernyit heran.
~
"Nanti aku kenalkan kamu ke bis kecil yang biasa aku tumpangi. Tidak kalah kok dari si rukun sayur ini."
~
Aku menghembuskan napas, menahan kesal. Harusnya kamu kenalkan aku ke orang tuamu dong! kalau hanya bis, di sini saja sudah banyak. Apa spesialnya?
~
Aku jadi cemberut. Wajahku menekuk. Tapi kamu malah tertawa dan lanjut bicara.
~
"Kalau ingin naik, kamu harus turun di Kertosono dulu. Nanti cari bis arah Kediri, sampai terminal pasti banyak kok. Cari saja namanya bis kawan kita."
~
"Ah, susah! malas mengingatnya."
~
"Ya sudah, nanti naik bisnya berdua sama aku saja." Katamu sambil tersenyum dan menggenggam tanganku.
~
Hari itu aku merasakan tanganmu menggenggam untuk yang terakhir kali.
~
Hari itu aku melihat punggungmu menjauh dan tidak kembali lagi.. Yang datang kemudian justru sebuah kabar menyedihkan.
~
Hei, kamu tahu?

Kebanyakan orang memilih berlari untuk melupakan hal-hal yang tidak ingin mereka ingat. Aku tidak pernah tahu lari mereka akan sejauh apa. Tapi bila sampai menjadi orang lain pastilah itu lari yang sangat jauh.
~
Dan mungkin sekarang aku juga sedang berlari. Pelarian yang jauh.
~
Bis kawan kita yang ku tumpangi makin melaju. Sebentar lagi dekat dengan kotamu. Aku menatap jendela, rasanya sepi sekali. Mungkin karena di sampingku hanya ada seorang Ibu dan anak lelakinya yang ia pangku. Bukan kamu.
~
Aku meninggalkan jins dan kaos oversized favorit di rumah, menggantinya dengan satu stel blus dan rok lucu. Menyimpan sepatu kets andalan, ganti memakai sepatu flatshoes yang sedikit kekecilan. Rambut ku potong sebahu, tak pernah lagi aku biarkan tumbuh melebihi itu.
~
Ironis. Aku menjadi seperti orang lain, hanya agar terlihat baik-baik saja di hari pernikahanmu.
28 Oct 2018 00:55
166
Kediri, Jawa Timur
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: