#part2
Bila kau turut syairkan menjadi lagu, maka ini akan cocok dengan melodi sedih yang memilukan hati siapapun pendengarnya. Karena beban ini, tak seharusnya membuat ia memikirkan protect lebih akan dirinya sendiri di tengah-tengah orang yang mengenali.Â
​Akhirnya ia menangis, bukan karena ia kalah menunjukkan kebenaran. Kebenaran selalu menang. Rintihannya terdengar sampai ke pendengaran yang tuli sekalipun, sungguh dahsyat. Segala bentuk takut yang didatangkan untuk membuatnya takhluk, maka ia tak perduli setan dalam bentuk apalagi yang harus ia hadapi. Binasalah, dalam kekuatan doa.
​Riuh penuh waktunya belajar hidup. Sekali lagi, ia berhasil melewati gunung berkomposisi lahar licik dan lava tamak. Keduanya sifat manusia yang tak tertandingi akan hati lembutnya yang sejak lahir diberikan Tuhan padanya.
​Ini babak, dimana, sedihnya terganti semangat menutup lubang dusta, yang dibutakan oleh minimnya tingkatan ilmunya, yang tak mau merasakan berada di posisi yang sama, yang tak mau dianggap pengecut oleh bos yang sebenarnya bosok, yang sebentar lagi akan mati dikelilingi lalat penuh kuman-kuman dihari terakhirnya dicap manusia, oleh yang tak mengenal betul siapa dirinya sebenarnya. Bahkan kucingnya pun enggan mengakui siapa babunya, disaat orang lain yang lebih sering memberi ia pakan dengan tangan baiknya.Â
​Jadi, bisa jadi misi nyaring ini berhasil, untuk diriku sendiri. Dusta akan tetap menang, dimata pelaku kebohongan paling liar di kota kecil itu. Misi nyaring ini juga berhasil melahap yang asing, untuk sekali lagi menjadi asing kembali. Hingga akhirnya, diri ini senang berhasil menemukan rumah berlindung beserta pelindungnya.Â
​“Jangan pergi, di sini aja, tinggal di sini sekalian,” sungguh, aku tak benar-benar merayakan perpisahan sedamai disekeliling orang-orang yang melihatku peri kecil yang sayapnya sudah sembuh karena diobatinya oleh kasih sayang yang lembut.
​“Kamu akan sesekali berkunjung kan?” betapa, aku memiliki seluruh hati baik mereka. Mengajarkan arti ikhlas seluas langit yang tak berujung dan memiliki tingkatan lapisan, nama-namanya abadi dalam bingkai lucu nan menggemaskannya berjumpa dengan mereka. Untuk sekali lagi, tak menyalahkan takdir atas keberadaanku waktu itu. Mungkin, sempat salah ruang, namun dipertemukan dengan orang.
Dunia memang selalu memiliki sisi baiknya, walau seringkali terlihat di akhir skenario. Tapi, ia kali ini tetap terima. Bahkan sempat meminta untuk selalu bertemu dalam bingkai kisah nyata yang kadang masih suka dirindukan.
"i'm so proud of u," mungkin, kalimat ini yang seharusnya diri sendiri lantunkan. Bahwa, berlian yang jatuh di kubangan lumpur, ia akan tetap utuh berbentuk berlian, tak berubah.
"terima kasih ya, sudah menjagaku sebaik dan sebisa menjaga dua orang sekaligus." Tidak ada yang disesali, hanya sikap manusia yang tak masuk prediksi. Namun, sejauh diri ini mencoba membetulkan, memang tak seharusnya, sejatinya, hanya kemauan diri sendirilah yang dapat menggerakkan hati.
Bahwa, segala bagian tubuh, ia akan berbicara kebenaran diwaktunya. Bukan sekarang, aku juga tak butuh omong kosong itu. Biarlah kebenaran mencari jalannya pulang kepada yang jujur.
Topeng memang dibuat untuk menutupi wajah, aku tak heran jika kalian bertopeng siluman. Diri sendiri juga tak mau meladeni biang keladi semacam itu, yang jelas buang-buang waktu.
Kalaupun disuruh kembali, aku lebih memilih untuk menyibukkan diri daripada harus sekali lagi bertemu siluman tak punya hati yang bertengger dalam diri manusia—katanya manusia, yang mengenal mereka lebih dulu. Tapi, diri ini yang hanya mengenal satu bulan lebih setengah, tak melihat jiwa manusia itu diisi oleh ilmu memanusiakan manusia.
Kalau suatu hari, siapapun menemukan cerpen ini, walau hanya 2 bagian, namun, ini memiliki arti lebih daripada yang kalian coba pahami. Semoga kalian selalu memuliakan diri sendiri diatas segalanya. Sekali lagi, hiduplah, agar kalian merasakan rasanya ditolong Tuhan dan dipeluk senyaman pelukan orang rumah. Misi yang nyari melahap yang asing, semoga judul ini tak menyulut emosi pihak yang berperasa dan merasa paling benar sendiri. Hiduplah sebaik-baiknya hidup.