Mari bercerita...
Kala simpanse bernama saya biasa dipanggil aku
Berkelana menggali luka yang terpanah dengan arak pasak suar pepatah
Lewati dua perspektif langit dengan sampan tak bertuah
Terluka tangannya sebab ia memasukkan sebiji mahir
Lumpuh kakinya padahal baru saja melompati zaman sempurna akal
Jantungnya seakan henti tunggu bibirnya mampu megecup temu
Logika tak lagi terjun pada prinsip akal sehat
Semua mati rasa pada pelataran jalan dibawah layang
Dibilang puitis katanya, seoalah salah jika berbeda
Bagian awal seakan "easter" jika tak kenal saya
Relung jejak dari petapa gua, belajar banyak darinya perkara
Tentang simpang jalan seorang manusia perihal jati dirinya
Maka naskah ini belum sepenuhnya berkata
Setelah catur waktu menggulingkan matahari pada tempatnya
Berbeda dari yang lain, tak ada lagi tikus ego yang terperangkap
Simpanse itu datang dengan utuhnya teka otak
Jantungnya kembali berdetak menghentak lantai baja rusuknya
Tak peduli temu yang tak temu, zaman berhasil terlewati ala kadarnya
Dari biji yang cukup tajam tertancap pada tangannya
Akhirnya berakar menjadi sebuah pohon pesan cukup berharga
Rimba daunnya menjadi peneduh kala hujan
Buahnya berbuah manis mengiringi perjalanan setelah hidup kedua dibangkitkannya