Sudah, usai, selesai ku lewati genap 12 purnama tepat malam ini
Masih saja berteman dengan pohon mangga dan sesisir pisang raja, menggema dengan serumput syair pujian untuk Sinar bulan
Kertas kuning lusuh berjejer rapi dengan coretan menodai diri, Dan pulpen koleksi yg enggan kubiarkan ia berteman dengan sisa makanan busuk dini hari, Subuh ini merayu tuk sekedar dihanyutkan oleh iblis yg merayap di mata, kantuk menggelantung, ku durhaka kepada nya, menyesal iblis itu membelenggu kabur keselokan biru
Catatan ilmu dan kehinaan ruh jiwa kususun berdempetan, ketika tepat adzan subuh seorang kakek terdengar bersahutan dengan kampung sebelah, isak tangis kudengar berselipan, kami senasib bak 2 orang insan menggali akar tanah sendirian
"Allaaaaahuuu akbaarr alllaaaahuùu akbaaar" takbir beriringan tepat setelah ufuk fajar datang, memakai baju adat islami maka mereka melangkah bersahutan dgn tetangga, saling cerita tentang hari raya yg disambut tanpa duka
"bagaimana rasa opor ayam yg dibuatkan Mama untukmu? Tentu si bungsu lahap memakan nya rebutan dengan sulung tertawa bersama menyaksikan kejadian langka, "hahaha..."
Sungkemen kepada orang tersayang, berketok pintu menyambut tamu berhimpunan, Meliputi bahagia mulai pagi berganti siang hingga malam
Aku masih disini memurajaahi kitab yg terlena menangis demi embun mahkota, bersama seorang kakek yg menceritakan terusik nya bangsa di zaman zionis belanda
Tak ada yg kulakukan, kecuali menaruh iri pada orang orang, hanya seutuh keluarga yg kudambakan
;untuk kalian yg sedang ditanah perantauan