kota ini tetiba bisu usai gerimis di tengah malam
lari lari kecil pedagang
lampu neon listrik colongan
dan jalan merupa cermin gelap
diantara wangi sambal dan sisa hujan
dzikir kecil menjahit pelan
orang akan kembali ke tuhan
usai pertikaian
usai luka
usai kesedihan
tuhan menjawab dengan bisik dalam riuh
kemana seharusnya jiwa berlabuh
tapi tuan, tak semudah itu
tangis tangis sesal
tetes tetes air mata lebih cepat mengering
ketimbang gerimis genit yang tetiba muncul
dan kita sama sama memanjatkan doa
dengan tujuan yang berbeda
aku hanya ingin selesai
mereka ingin memulai
dan dalam simpul pertemuan
kita kehilangan kata kata
sunyi bahasa tertelan rentetan pesan singkat
dan sepi adalah sunyi gawai
yang terus menerus terpandang
mata lelah itu tuan
adalah milikku juga
tapi tuhan tahu
dan pun begitu aku
ia menegur layaknya teman lama
apa kabar?
sebentar lagi ramadhan
lipatan sajadah berdebu di atas tumpukan buku
hanyut dalam penat air api
tapi aku kembali akhirnya
dalam lindap doa
di bilik kecil memandang keluar jendela
"apakah mereka ingat siapa yang mengatur segala?"