Kupandangi rak buku di kamar, belum genap satu tahun, ia berdiri, penuh berisikan buku-buku kuliah dan buku kesukaan. Belum genap satu tahun, ia menampung beratnya buku-buku itu. Besar, kecil, tebal, tipis ukuran buku-buku yang berdesakan dan tak teratur dalam tampungannya. Belum genap satu tahun, ia menyokong sisi-sisi rak mulai terlihat lemah, tak kokoh menyangga.

Menampung tumpukan buku yang berdesakan itu, sungguh melelahkan. Kuperhatikan sesekali, tulang-tulangnya masih terlihat kokoh, tapi sesekali kupandang dalam dan kupahami, ia tak sekokoh tulang-tulang yang terlihat sekilas.

“Bersembunyi di balik reruntuhan, bukannya melelahkan?” Tanyaku pada rak buku

Tapi ia hanya diam membisu, tak menjawab pertanyaanku.. Akhirnya kuputuskan memberi sandaran. Yah! Sandarannya adalah meja tulisku! Namun aku menyapa seraya bertanya pada meja tulis.

“Hii, meja tulis. Bersediakah kau memberi bahu kananmu pada rak buku? Coba kau perhatikan ia, ia sedikit terbebani di sisi kirinya. Bersediahkah kau?”

“jika itu membuat rak buku lebih baik mengapa tidak. Jelas aku bersedia dengan senang hati.”

Kurapatkan bahu meja tulis persis di sebelah rak buku, begitu rapat hingga terlihat merekat. Ah! Akhirnya rak buku tak lagi menahan beban seorang diri, kini ia memiliki sandaran. Dan meja tulis menjadi bagian yang menyokong buku-buku yang makin hari makin berdesakan.