Hai Amygdala,
salam kenal, aku ingin berbagi denganmu.
Persepsi salah tentangmu, menyalahkan kehadiranmu, sebagai pengatur, penyalahguna, pengontrol emosi, memporak-porandakan diri, semua bermuara pada dirimu, hal-hal buruk tentangmu bertaburan di mana-mana. Mungkin hanya anjing dan kucing yang tau siapa dirimu. Postingan-postingan EQ yang diagung-agungkan terpampang di berbagai media, dan soal EQ bukan soal penting bagiku.
aku bicara dengan cermin, pembicaraan kita kadang terlampau jauh hingga diriku pusing bukan kepalang, kita pernah bercakap dan terperangkap dalam hidup dan mati.
kau tahu cermin siapa yang sedang berdiri dihadapanmu,
cermin menjawab : dia seseorang yang terlihat kusut, berantakan dan tak karuan (cermin hanya menilai dari luar sosok itu) // apa kamu yakin dia benar-benar berantakan seperti yang terlihat? // Ya! coba kau perhatikan, bicaranya urakan layaknya preman pasar, pikirannya negatif penuh kecurigaan, tiada pun benda atau teman bertahan berdampingan dengannya // apa kamu yakin itu yang terlihat pada mu, cermin? // Ya! aku tak meragukannya, aku melihatnya bercermin dan itulah dia, mari kita sebut dia sang urakan // baik, aku berterima kasih, karena kau memberi penilaian terhadap sang urakan.
ku mencoba mengalihkan pembicaraan, karena cermin hanya menilai sang urakan merupakan makhluk yang paling bodoh, tiada hal positif yang dapat diambil darinya karena bagi si cermin, sang urakan hanyalah sampah.
aku kembali bicara pada cermin dan bertanya,
cermin, apa kamu tahu mengapa kita diciptakan Sang Kuasa ? // .... (cermin hanya terdiam) // cermin, apa kamu tahu perihal hidup di dunia ini hanya sementara? // ... (cermin terdiam dan menunduk kembali) // apa kamu merasa manusia sering bermain-main atau Tuhan yang bermain-main ? // Jangan kau bicara seperti itu (cermin menjawab dengan menggeretak giginya), Tuhan tidak pernah bermain-main, manusialah yang menganggap dunia ini tempat bermain // kau pikir kondisinya seperti itu? // Ya! aku merasa kau sering bermain-main. Ingat! ini perihal hidup // sungguh aku pun tak dapat menjawab pertanyaan pertamamu "mengapa Sang Kuasa menciptakan dan menurunkan kita ke dunia. // sebaiknya kita sudahi perbincangan ini.
kebingungan sering kali mengelabuhiku,
amygdala selalu menjadi sasaran empuk setiap orang untuk menyalahkan hal-hal buruk yang menimpaku dan bertanya ke mana EQ mu?
aku hanya terdiam dan memeluk amygdala (kupikir amygdala bukan dalang dari segalanya), ia cukup membantuku berdiri dengan segala usahanya, tak perlu orang-orang menyalahkanmu, amygdala. bagiku kau segalanya, tak perlu kau cemaskan mereka yang sedemikian rupa menilaimu buruk, ku pikir keberadaan kau dan aku, sudah lebih dari cukup dan kusyukuri itu setiap terbangun di pagi hari.
~amygdala..
bagian otak paling peka
menentukan emosi, keputusan
ia memiliki kewajiban berat
mengirim pesan ke semua bagian otak
dan membangunkan hormon-hormon dari tidur lelap
entah reaksi primitif atau lari yang didapat
ia juga bersahabat dengan batang otak
dan mereka bermain dengan aneka ragam ekspresi
meninggikan tekanan darah berujung ketegangan
menurunkan tekanan darah dan berujung ketidaksadaran