Begitu banyak bayangan yang menghilang sejak purnama pertama—tanpamu.
Apartemen studio, dengan warna hijau laut kesukaanku. Meja makan, televisi di ruang keluarga sederhana. Lalu berbagai gambar dalam bingkai warna hitam. Jejak langkah kita di pagi buta. Sepiring rotibakar kesukaanmu, dan kopi hitam favoritku yang tidak pernah kamu sesap sekalipun karna asam lambung yang tidak juga bersahabat denganmu.
Aku akan tertawa ketika kamu terburu-buru lalu kemejamu berantakan dengan satu sisa kancing yang tidak terpasang. Dan aku membantumu membenarkan dasi kelabu yang tidak pernah mau kamu ganti sejak pertama aku hadiahkan itu untukmu.
Lantai kayu yang kadang berderit ketika kita menari bersama. Mungkin juga seekor kucing persia putih yang akan merebut pelukan pagi pertamamu. Menatap kita yang selalu tertawa dan menangis berdua di ruangan ini.
Begitu banyak semoga yang kuhapus sejak aku lupa bagaimana seharusnya kita bicara.
Jejak langkah di pinggir pantai, sebelum kita lelah dan jatuh terduduk bersama menghadap matahari terbenam. Aku akan bercerita tentang semua mimpi yang aku bangun di tempat ini. Dan betapa ajaibnya semesta mengabulkan sosokmu, menjadikan kita siluet indah pengantar senja. Berdua dalam hening, menikmati angin berhembus. Mengamini semua keindahan yang menunggu kita di esok hari.
Begitu banyak mimpi yang kurelakan sejak tidak lagi ada kamu di dalamnya.
Tentang semua cerita yang kususun rapih di kepala. Tentang betapa baiknya kisah kita akan berakhir. Sampai aku lupa tidak semua cerita tentang dua manusia berawal dengan temu dan berakhir dengan bahagia selamanya.