Sebelum menjadi empat, lima, kemudian enam. Kami hanyalah tiga bocah kecil yang gemar tertawa dan marah-marah. Sesekali berebut, sesekali teringat dan saling menyisakan. Pada usia tertentu, kami pergi menulis cerita kami masing-masing, lalu pulang dan berdebat tentang kisah siapa yang lebih seru.

Sebelum menjadi empat, kami bertiga makan malam sambil menahan tangis masing-masing. Tidak pernah ada yang beritahu bahwa menjadi lengkap ternyata butuh melepaskan satu sama lain. Tidak ada yang menasehati tentang sepi yang datang untuk menjeput ramai yang baru.

Sebelum menjadi lima, aku sering menatap langit dan menjadi kecil. Betapa sepi menjadi sendiri dan menyadari bahwa ternyata cukup menyesakkan ketika tidak lagi menjadi satu-satunya.

Sebelum menjadi enam, aku seringkali takut untuk menjadi yang terakhir pergi. Betapa ditinggalkan perlahan terasa begitu melelahkan. Lalu meninggalkan menjadi tanggung jawab berat di pundak kiri dan kanan.

Sebelum menjadi empat, lima, kemudian enam. Kami hanyalah tiga bocah kecil yang selalu bergandeng tangan. Hanya tiga pasang telinga yang saling mendengarkan.

Sebelum pergi menempuh hidup sendiri-sendiri. Sebelum pergi mencari tempat pulang baru di esok hari.