Dalam jangka waktu satu tahun tiga bulan, aku kembali mengkhianati diriku sendiri. Meskipun aku menyadari sepenuhnya tawamu yang bukan hanya milikku itu. Dan cerita-cerita lucu yang sudah dikemas berkali-kali untuk dibagi ke banyak telinga. Aku bukan yang pertama tahu, dan aku bukan satu satunya.
Bagian terlucu dari mencintaimu adalah aku bersedia tersakiti lebih banyak daripada jumlah kunang-kunang di dalam perutku. Aku meluangkan banyak waktu untuk mengikuti bayang-bayangmu yang berjalan di depanku dengan tangannya di dalam genggamanmu. Setidaknya, aku teduh.
Bukankah jatuh cinta memang selalu senaif ini?
Ingin kubayar tuntas untuk seluruh tawamu itu. Untuk seluruh kata-kata yang membuat jantungku berdegup lebih banyak daripada seharusnya. Kepada setiap nafas yang habis untuk menunggu pertemuan-pertemuan selanjutnya. Agar mereka menjadi milikku.
Mungkin esok akan datang dan aku kembali mengulang semua di dalam kepalaku. Menyadari bahwa semua yang membuatku buta memang terasa lebih manis. Meski kamu bukan untukku. Dan seluruh waktu yang tertinggal di belakang bukan milik kita. Semua perasaan itu. Semua kebahagiaan itu. Kamu, lebih tahu bahwa semua itu palsu.
Tapi bolehkah aku menikmatinya sebentar saja?
Tapi bolehkah aku memeluk seluruh janjimu sekali saja?
Meskipun bukan bahagia jawabannya. Meskipun rindu akan tetap bertahan dan tidak akan pergi. Tidak berkurang sedikitpun, tidak juga lenyap kemanapun.
Ia tetap milikmu.
Ia selalu milikmu.