Puisi Petani
Puisi
Kutipan Puisi Puisi Petani
Karya ariqaflah
Baca selengkapnya di Penakota.id

Kopi pekat selesai dilumat
Tarikan rokok tiba di pintu paru
Lalu keluar lagi
Berkali-kali

Dada tidak merasa sesak
Yang menyesakkan hanya metafora
Berdesakan di dalam rongga
Lalu keluar berpuisi
Berkali-kali

Keadaan begitu
Ia memilih lari
Melupai dan melukai diri sendiri
Berkali-kali

"Untuk apa aku menjadi petani puisi?
Jika tak ada yang mampu menjadikan sajak-sajak
Bahan makanan sehari-hari"

Dengan bertelanjang kaki
Ia terus berlari
menuju sebuah tempat di Karet
sebuah buku tampak diapitnya erat

"Aih! Disinilah katamu
daerah yang akan datang itu"

Dipandangnya segala
Rumah-rumah singgah perbatasan surga neraka
Pemukiman yang kalah menjulang dengan gedung-gedung kota

"Ingin sekali aku berumah disini Ril
Terbang bersama jiwa
Berhenti lari dan tak lagi berpuisi
Meninggalkan dunia keparat ini!
Manusia-manusia penyembah uang
Mungkin takut jadi kumpulan terbuang!"

Dibawah langit pekat
Ia terus mengumpat

"Mengapa menjadi kaya hanya untuk orang-orang cerdik?
Dinamai pengusaha seakan-akan paling keras berusaha
Mirisnya kemudian Diberi hormat untuk berkuasa!
Mengapa tidak kita saja Ril ?
Bukankah usaha penanaman benih kata didapat dari kepala
akan menumbuhkan pelbagai pokok penghidupan melebihi kelapa?
Untuk membuka lahan
Tidak perlu membakar hutan
Ladang sastra hanya butuh pikiran!"

Di muka pembaringan pelopor angkatan empat lima
Kini tangisnya buncah
mengenang derai-derai cemara
Suaranya serak
Hendak memutus jarak
Dipandangnya yang di atas
Lalu Mengeja tulus
Lafazd do'a yang terempas
dan yang putus

Cerenti, 30 Januari 2020.


30 Jan 2020 20:05
69
TPU Karet Bivak, Jalan Karet Pasar Baru Barat, Karet Tengsin, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: