Bukan sekadar aroma bunga di taman, Bukan pula harum kopi di pagi yang kelam. Wangi ini hadir tanpa rupa dan warna, Namun menusuk sukma, membangkitkan gairah. Ia...
Malam sunyi merayap, dingin menyelimuti, Bayang-bayang kenangan kembali menghampiri. Luka yang dulu tersembunyi di balik tawa, Kini meronta, meminta untuk diakui ada.
Hai Bulan, masihkah kau bergelantung diam di antara kelam langit malam? Apa kabar redupmu yang kini tak serupa dulu? Kenapa sinarmu terasa samar—seperti ragu untuk bersinar penuh?
Sepertinya bisa jadi peluang itu terbuka di banyak tempat. Tapi tidak selalu semua kita lihat. Jadi, siap-siap saja dulu. Siapa tau dalam waktu dekat peluang itu munc...
Cobalah kau jadi aku, sehari saja, Rasakan beban di pundak yang tak terduga. Hirup udara yang bagiku terasa sesak, Langkah kaki yang berat, tanpa jejak. Dengarkan...
Di sini, di antara kita, udara membeku, Bukan lagi kehangatan yang dulu kurasakan itu. Setiap kata terucap bagai hembusan salju, Menyentuh kulit hati, meninggalkan beku. Dul...
Mentari merunduk, jingga membias kelabu, Seperti hati yang merangkai pilu. Cahaya terakhir menyentuh lembut bumi, Namun di jiwa, badai tak henti bersemi. Warna-warni senja,...
Di balik dinding tulang yang kokoh membentengi, Sebuah orkestra sunyi tak henti bernyanyi. Bukan nada riang yang menari di udara, Melainkan bisikan-bisikan jiwa yang terperangkap...
Bukan lagi debar tak menentu di dada, Bukan lagi air mata jatuh karena dusta. Kini bayang-bayang jauh lebih pekat, Menyentuh relung jiwa yang paling terikat. Dulu...
Bulan beringsut, sinarnya kian garang, Menyirami malam dengan dingin yang menyerang. Setiap dentumnya bagai palu menghantam jiwa, Mengingatkan janji waktu, yang tak bisa ditunda.