1/
Bertelanjang fatwa kau susuri jalan menuju yang maya.
Kau sibak duka lara, kau tebas yang nestapa.
Bagaimana caranya menjadi intan permata,
sementara dunia semakin belantara?
Di pergelangan kakimu, melingkar tanda tanya
yang diberikan mama.
Manik-maniknya dironce dari bekal makan siang
yang tidak lagi ingin kau habiskan.
2/
Kau percaya setiap orang boleh memilih menjadi apa;
kau memilih menjadi iphone keluaran terbaru.
Mama bertanya seberapa besar cinta yang kau dapat.
Kau berkotek, “cinta mama tidak sama dengan cinta sosial media.”
3/
“Aku ingin hijrah ke dunia maya
dipuja sosialita dan kekasih lama”
4/
Kau begitu letih dan lihai.
Sampai di rumah, kau berdandan.
Duka di matamu kau simpan di dada.
Kemarau di pipimu kau buat merona.
Kering di bibirmu menjelma sungai Nil.
—Diri yang bulur, akal yang bulus.
Kau memulai ibadah selfiemu:
dikerjakan mendapat pujian, tidak dikerjakan tidak mendapat apa-apa.
Di dapur, mama duduk dan berdoa,
semoga di sosial media ada surga yang lebih indah
dibanding yang ada di telapak kakiku.