Perempuan dan Peradaban Bangsa
Resensi
Kutipan Resensi Perempuan dan Peradaban Bangsa
Karya galehpramudianto
Baca selengkapnya di Penakota.id

Benarlah titah Nabi Muhammad SAW ketika menyuruh umatnya menghormati dan menghargai ibu tiga kali lipat daripada ayah. Sebab kaum Hawa adalah kaum yang mampu memberikan pengabdian dan dedikasi tertingginya untuk manusia lainnya. Bagi keluarga, masyarakat, negara, hingga peradaban.


Dalam buku Bung Karno yang berjudul 'Sarinah' akan kita temukan sebuah gambaran keadaan perempuan Eropa abad ke-15. Bung Karno berpatokan pada catatan Thomas Murner, seorang sastrawan Jerman, yang menceritakan betapa kehidupan perempuan Eropa pada saat itu sama terjajahnya dengan negara-negara yang dijajah Eropa pada masa yang sama.


Di Indonesia, perempuan sudah berpartisipasi dalam pemilu pertama tahun 1955. Padahal saat itu Indonesia memasuki ujian pertama praktik berdemokrasi sebagai negara muda yang baru berumur 10 tahun. Sementara di belahan dunia Barat, pada dekade sebelum pemilu pertama Indonesia 1955, perempuan Amerika masih turun ke jalan untuk menuntut persamaan hak. Tahun 1948, sejumlah perempuan berkumpul di New York, untuk menuntut hak-hak mereka berbicara di depan umum.


Perempuan saat ini sudah tidak identik lagi dengan istilah kasur, sumur dan dapur. Sudah tak asing pula kita melihat pengemudi busway, direktur perusahaan, politisi dan berbagai profesi lainnya yang dulu identik dengan laki-laki, sekarang posnya diisi oleh perempuan. Itulah esensi dari pemerataan pembangunan.


“Sesungguhnya kita harus belajar insaf, bahwa soal masyarakat dan negara adalah soal laki-laki dan perempuan, soal perempuan dan laki-laki,” demikian yang disampaikan Bung Karno dalam 'Sarinah'. National character building disisipkan oleh ibu dalam setiap nilai-nilai yang ditanamkan kepada anak-anaknya sejak dalam buaian. Disinilah titik pijak keberhasilan perjuangan berada, di tangan perempuan yang terdidik dan mendidik.


Ibu memberikan pendidikan di keluarga, dikecap oleh setiap orang yang terlahir dalam keadaan hampa budaya. Ibu adalah guru pertama manusia, sosok yang membentuk budaya dan nilai-nilai hingga menjelma menjadi masyarakat. Oleh karena itu seorang perempuan, seorang ibu, haruslah terdidik terlebih dahulu sebelum mendidik. Terdidik tentang kebangsaan dan kebudayaan, tentang nilai dan moral, tentang kebenaran dan keindahan, dan seterusnya. Sebab, generasi yang unggul lahir dari perempuan-perempuan yang unggul pula. Bung Hatta pernah berkata “Siapa yang mendidik satu laki-laki berarti telah mendidik satu manusia, sedangkan siapa yang mendidik satu perempuan berarti mendidik satu generasi.”


Meski begitu, peran dan tanggung jawab ini bukan serta-merta tugas satu pihak. Ini adalah kerja kolektif. Jokowi-JK, presiden dan wakil presiden yang telah terpilih dan kini masih dalam proses gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK), seyogyanya mafhum untuk dapat merangkul semua elemen demi kepentingan bersama. Kita membutuhkan kehadiran keduanya dalam konsep, konstruksi sosial masyarakat, perundang-undangan dan pelbagai masalah kebangsaan untuk membantu pembangunan nasional. Semoga!


Wartakota, 2014

https://wartakota.tribunnews.com/2014/08/11/perempuan-dan-peradaban-bangsa.


18 Jul 2020 13:15
175
UNJ Kampus A, Jalan Pemuda, RT.11/RW.14, Rawamangun, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: