Dothraki (Koran Tempo)
Kutipan Puisi Dothraki (Koran Tempo)
Karya galehpramudianto
Baca selengkapnya di Penakota.id

Dothraki


“Bagaimana perjalananmu berkuda?” tanyanya


Tak terlalu baik, maka semua manusia harus mati dan melayani

maka ini pelayananku untukmu, bahasa dari palagan peperangan:


Aku telah tiba di padang rumput tak terpermana, di tengah benua tak kukenal

aku berjalan dengan tubuh yang masih kupelajari, dari timur sampai timur lagi

berbahasa menggunakan senjata dan makan dari darah ke darah


Bertarung dengan pedang melengkung

juga busur besar dengan jangkauan panjang

semua dilakukan di atas kuda penuh ancang-ancang


Aku tidak mengenakan zirah, mengingat kebebasan begitu penting dalam pertempuran

dengan rambut kepang panjang, kekalahan adalah cabang memalukan

maka ketika rambut ini telah dicukur, aku tepekur


Salahku adalah membiarkan kuda tungganganku mengarungi bibir pantai

air asin meracuni kudaku, pemanah datang dan infanteri lapis baja menyerang


Aku dilahirkan, berkelahi, dan mati di atas pelana

aku melakukan ini semua untuk alasan-alasanku sendiri

di antara takhta kerajaan, kata-kataku lahir dari rahim belati


Karena kematian adalah sumber penghidupan

seperti derap seribu kuda di atas makam klan Khan

untuk mengaburkan dan mengalihkan pandang.


2019



Na'vi


Apakah dirimu bermimpi dalam bahasa mereka?

pagi ini aku terbangun di tubuh orang lain dan melihat dunia tak lagi sama

apakah dirimu meninggalkan rumahmu dan membangun koloni baru?

Bumi sudah terlalu usang dan sebentar lagi akan meledak menjadi debu

akan kuceritakan debu itu akan ke mana nantinya:


Sulur cahaya dari pohon mimpi memeluk tubuhku

Diterbangkannya aku di hamparan batu-batuan raksasa

yang melayang di udara dan memandang segala

Kristal waktu di planetku menyirapkan bungah

daun putri malu sigap menutup diri meski lepai dibuatnya

hewan-hewan dengan segala rupa ialah jembatan niscaya


Aku menghadap pada tanaman yang melayang-layang

dengan kelip cahaya di sekujur tubuh

ia membentuk wadaknya menjadi cermin

Kemudian kubertanya

“siapakah yang terindah dari ini semua?”

“debu dan segala muasal cerita!” jawabnya


Mula-mula debu itu seperti titik yang mengakhiri

Ia tidak membiarkan apapun dilalui tanpa kejelasan

hingga perlahan menggumpal jadi biji dan berhenti di pohon mimpi

Apakah dirimu telah jemu dengan buldoser dan proyek-proyek itu?

Tunggu dulu, jangan sela aku yang akan mengisahkanmu, sebentar saja

Setelah biji itu hadir, aku memungutnya dari tanah yang dulu tak pernah ada

Aku terbangun di tubuh yang tak pernah aku kenali dan aku sendirian di sini


Apakah dirimu bermimpi dalam bahasa mereka?

Ya, pada labirin dua dunia

Di antara mimpi dan cermin virtual

kini langit telah berpulun-pulun asap

kaumku bersama gendewa coba menghadang dan melesat

di antara bualan, penambangan dan penjajahan

demikian kabar sumir dari negeri nun kesekian.


2019


Koran Tempo, 21 September 2019

https://koran.tempo.co/read/sastra/446029/dothraki

18 Jul 2020 13:24
193
Jalan Wadassari 2, Pondok Betung, Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
3 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: