Di tengah hamparan perbukitan Menoreh, berdiri megah Candi Borobudur, sebuah mahakarya arsitektur kuno yang pernah mengguncang dunia. Dulu, namanya terukir dalam daftar tujuh keajaiban dunia, memancarkan pesona yang tak tertandingi. Namun, kini, kemegahannya seolah tertelan oleh hiruk pikuk zaman, tergores oleh pesona dunia modern yang lebih memikat.
Wisatawan datang silih berganti, mengagumi keindahan relief dan stupa-stupanya. Namun, sedikit yang menyadari bahwa Borobudur menyimpan kisah yang lebih dalam, lebih kompleks dari sekadar tumpukan batu. Ia adalah simbol kebijaksanaan, toleransi, dan spiritualitas yang tinggi.
Dahulu kala, Borobudur adalah pusat pembelajaran agama Buddha Mahayana. Para biksu dari berbagai penjuru dunia datang untuk menimba ilmu, bermeditasi, dan mencari pencerahan. Relief-reliefnya bukan sekadar hiasan, melainkan kitab suci yang diukir dalam batu, menceritakan perjalanan spiritual manusia menuju nirwana.
Namun, seiring berjalannya waktu, Borobudur mulai terlupakan. Ia terkubur dalam abu vulkanik dan hutan belantara, hingga akhirnya ditemukan kembali pada abad ke-19. Sayangnya, kebangkitannya tidak diiringi dengan pemahaman yang mendalam. Borobudur hanya dilihat sebagai objek wisata, bukan sebagai warisan budaya yang tak ternilai.
Kini, di sekeliling Borobudur, tumbuh pesona-pesona baru yang lebih menarik perhatian. Taman hiburan dengan wahana modern, pusat perbelanjaan dengan merek-merek ternama, dan restoran dengan menu-menu kekinian, seolah berlomba-lomba mencuri perhatian wisatawan.
Borobudur pun terpinggirkan, menjadi latar belakang foto yang indah, tetapi kurang bermakna. Padahal, di balik keindahannya, tersembunyi kearifan lokal yang bisa menjadi pedoman hidup. Toleransi antarumat beragama, semangat gotong royong, dan cinta kasih terhadap sesama, adalah nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.
Akankah Borobudur terus tergerus oleh zaman, ataukah ia akan kembali bersinar, memancarkan pesona yang lebih dalam dari sekadar keindahan fisik? Semoga, suatu hari nanti, kita bisa melihat Borobudur dengan mata hati, menghargai kisah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.