Bersihkan Aku Bu Aku Menangis
Mengapa hidup harus menyakiti diri sendiri,
berjalan tumbuh dan tangguh, lalu hancur
Sebuah mimpi dibakar dan dibantai waktu
memar menyakitkan seluruh tubuh
Jika aku sanggup berdoa pada diamku
kemana aku akan berlari dan menemukan pelukan selain mati
tiap pertanyaan itu membeli takdir dan menjual jiwaku di jalanan
Aku seperti sampah-sampah di balik dinding rumah, seperti sebotol bir yang pecah di kepala seseorang, merangkak memberi setitik terang pada napas
yang kuhirup sia-sia
Aku tak berjalan melampaui waktu, dan siap menerima apapun penuh resah
Tak ada hadiah atau makna yang jujur, ini dunia dan tak ada yang akan mendengarkanmu,
Bu, aku dapatkan tidur dari sebuah alasan,
aku butuh tenang sedikit dan menjadi apapun yang kusukai,
Ibu, aku hanya letih sewaktu-waktu,
aku bukan rock n roll yang keren di jalanan,
dan tak kutangisi lagi,
kecuali tubuh yang tak berguna ini,
Mengapa hidup selalu menekan,
sedang yang kutahu kebebasan hanya perih
yang disimpan rahasia,
aku temui luka di tiap rumah,
perdebatan yang ampuh melupa dunia
yang kian menuju akhir,
dan kita hanya mampu tertawa membunuh jiwa kita sendiri,
Kujual semua alasan, jual semua perkataan akan keputusan, menjual pikiranku yang penuh perih,
dan mendapatkan sakit dari jalan yang tiada berujung, ditertawai, dibenci lagi dicekik,
Ibu, bersihkanlah dosaku sebentar,
aku rela memeluk mayatku sendiri
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah