Aroma Zaitun
Cerpen
Kutipan Cerpen Aroma Zaitun
Karya sidarmagautama
Baca selengkapnya di Penakota.id
Ketika langkah kaki mulai terbata-bata, yang hendak ia lakukan kepadaku hanya menutup mataku dan memeluk diriku dengan erat. Aroma zaitun begitu khas tercium saat hanya ada iringan suara jangkrik yang saling bersahutan di dalam selimut sinar malam. Seketika terasa dingin semilir menyusup ke pangkal leherku, ke tulang sumsumku, hingga menuju ke pori-pori lengannya. Bergelinjang tubuhnya terasa olehku saat itu. Perlahan kami saling mengatur nafas demi menyusuri kehangatan yang terselip pada dinginnya tepian jalan Pondok Bambu.
Tiada sesiapapun kecuali kami dalam bayang gelapku. Hanya aku dan dia. Oh iya, beserta motor keluaran 2013 buatan Jepang yang terbeli atas jerih payah orangtuaku. Motor yang yak sempat terpikir untuk aku rawat. Hingga sering kupergoki, muntahan oli tak tertahankan olehnya keluar dan membekas di atas aspal berdebu.

Kini tangannya kurasa mulai merambat ke hidungku. Semakin keras cengkramannya. Tak ada yang dapat aku pikirkan selain bagaimana keadaan perutnya selepas kami menyantap Ayam Geprek Pedas yang kami santap di samping sekolah lamaku sore tadi. Sampai sekarang pun, aku masih merasakan perutku dibuat bergejolak oleh ratusan biji cabai yang seketika itu masuk ke dalam usus dua belas jariku dan sebelumnya melewati kerongkonganku. Hanya itu yang aku bayangkan. Hingga ketika tanya sudah hampir terlontar dalam benakku, tangannya melemas. Jatuh tersungkur ia menari hingga damai bersama hamparan debu di tepian jalan ini.

Aku membuka mata perlahan. Perlahan. Perlahan. Hingga terbelalak sampai kulihat cairan merah mulai menyerbu punggungnya yang bidang. Firasatku tepat. Ada yang tak beres dengan dirinya. Air mataku berderu deras tak beraturan. Mulutku layaknya diplester oleh perban dan logam mulia. Nafasku sengau dibuatnya. Dan mataku terpana melihat pisau yang berdiri tegak di belakang tubuh kekarnya.

Tidak ada lagi guratan senyum dari bibirnya yang legam. Tidak ada lagi tatapan kosong penanda bahwa ia tarlalu makan kacang polong bertepung suji. Yang ada hanya bola matanya yang terbelalak dan ditemani serpihan darah segar di sekelilingnya. Dan tersisa hanya tubuh yang terbujur kaku bersama kenangan masa kuliah yang bergentayangan dalam imaji pasiku kala itu.

***

Suara letupannya begitu keras. Terpaksa kami berhenti di tepian jalan. Bingung? Tentunya. Kami hanya bisa menatap tajam paku yang tertancap di sela kulit hitam motorku. Aku mencoba meraih besi untuk mencuil paku nakal itu. Tapi mataku terbelalak ke kedalaman matanya. Kami saling beradu pandang. Maju saling mendekar. Hingga kuhunus lempengan besi itu ke tubuhnya. Aku membuat sedikit senyum dalam figura wajahku. Dan terlintas, bahwa ia telah merenggut harapan yang selama ini kucoba raih dalam mimpi. Harapan seorang insan untuk dapat mencinta. Ia merenggut harapanku sampai usang masaku untuknya. Ia, sanubari masa lalu. Ia, nestapa kenangan kusam. Aku, cerita baru kemuliaan insan penasaran. Makhluk fana yang merenggut, menusuk, memulai, dan mengakhiri.
20 Feb 2018 00:38
68
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: