hai nona...
aku iri dengan mu, yang bisa hidup layaknya tuan putri.
sosok manusia suci, yang dosa nya pun bisa di tepis dengan dayang dayang mu.
hai nona...
aku ingin di posisi mu, yang senyaman singgasana kerajaan.
yang bisa membuat penjahat, memiliki derajat seorang malaikat.
aku tau sosok dibalik paras indah mu itu, namun bukan kapasitas ku membuat paras tuan putri mu jadi rakyat jelata.
kita ini sama sama pendosa, namun derajat kita membuat nya berbeda.
kapasitas mu membuat yang kau tabur, bukan lagi yang kau tuai
kapasitas mu membuat luka yang kau buat, beralih jadi luka yang ku buat.
aku tak akan memuja mu, karna aku tak akan pernah memijak kerajaan mu yang penuh penjagaan berjuta juta alibi.
berhentilah membuat kondisi seolah olah rakyat jelata yang mengotori istana, tapi sadar lah apakah kau pernah memungut kulit pisang mu yang kau buang di lantai istana mu, berharap dayang dayang mu menutupi keburukan itu.
tuhan memang melihat dosa sebesar biji zarah, namun apakah kau merasa kapasitas mu sudah sama dengan tuhan hingga kau bisa menghakimi sesuka mu.
kau biarkan satu jejak kaki kotor ku, menghapus semua dekorasi indah di istana mu.
selamat bersenang-senang dengan semua pesta indah di istana mu itu.
sementara aku yang akan mengais sisa sisa pesta itu.